Saturday, May 16, 2020

saraf 9-10

N 10 menginervasi phocal cord. Phenomena Vernet's rideau positif merupakan kelemahan satu sisi constriktor pharingeal superior sehingga terjadi gerakan pharing menuju sisi non paralisa. dilakukan pada pemeriksaan refleks muntah atau saat fase phonasi. (de_jong)

Sunday, May 10, 2020

Morning report dengan simulasi kasus saat PSBB

Berikut strategi Morning report DM saat PSBB yang dapat digunakan. Karena saat ini semua mahasiswa libur, belajar di rumah masing-masing, dibutuhkan teknik mengajar yang menggunakan fasilitas internet (e-learning).

           Malam hari sebelum kegiatan MR berlangsung, dosen pembimbing dapat memberikan skenario kasus pada DM yang bertugas giliran jaga. 
Berikut contoh skenario kasus dengan simulasi pasien stroke kelemahan kanan: 


Anamnesis:
               Anamnesis sebisa mungkin menggunakan bahasa awam dan setting seperti kondisi sesungguhnya. Berikut contoh anamnesis bersuara :



          Data-data lain diberikan seperti pemeriksaan fisik, pemeriksaan penunjang (lab, rontgen dll).
Kemudian DM yang bertugas jaga diminta membuat slide untuk presentasi paginya di depan teman-temannya.
           Presentasi dilakukan dengan menggunakan aplikasi video conference. Saat diskusi data tambahan yang perlu dapat langsung dimintakan kepada dosen pembimbing morning report.

Terimakasih.
Semoga bermanfaat.




Wednesday, November 26, 2014

Kelainan sistem penglihatan

Sebagian besar otak manusia berkaitan dengan fungsi penglihatan. Banyak kasus penyakit sistem saraf berkaitan dengan gejala dan keluhan penglihatan. Sebagai contoh, sekitar 60% pasien dengan tumor otak menyampaikan keluhan gangguan penglihatan.
Dengan anamnesa dan pemeriksaan yang teliti, sebagian besar keluhan dan gejala dapat diketahui. 
Demikian pula kerjasama dengan dokter spesialis mata sangat diperlukan,  terutama berkaitan dengan 3 hal ini
(1) pemeriksaan visual acuity (tajam penglihatan) terbaik, 
(2) slit-lamp 
(3) funduscopy khususnya kasus gangguan perifer mata. 

Secara garis besar, kasus neuroophthalmologi terbagi pada 2 bagian, 
yaitu :  

A. Gangguan sistem Afferent, terdiri dari :
  1. Gangguan visual (visus, yojana, fungsi luhur)
  2. Papiledema 
  3. Sensasi mata dan orbita 


B. Gangguan sistem Efferen, terdiri dari
  1. Diplopia
  2. Gaze palsy
  3. Nistagmus
  4. Ptosis
  5. Gangguan otonom

Ketika Lapang pandang hilang....

Ketika lapang pandang hilang pada mata, anamneina dan pemeriksaan perlu segera dilakukan...
1. Apakah defek pada satu mata, lesi kemungkinan di sebelah anterior kiasma optik, retina dan saraf optikus

2. Jika defek pada kedua mata, apakah bitemporal? jika YA, bisa pada inferior khiasma atau superior chiasma, membedakannya, jika inferior chiasma, lapang pandang pada bitemporal superior. Dan sebaliknya.

3. Jika defek homonim pada kedua mata pada kuadran bawah, lesi pada lobus parietal

4. Jika defek homonim pada kedua mata pada kuadran atas, lesi pada lobus temporal

5. Jika defek homonim pada kedua mata dan hemianopia, lesi bisa pada korteks occipital atau radiatio optik. Membedakannya dengan melihat makular spared. Pada lesi occipital, terdapat gambaran makular spared.

Semoga bermanfaat....

Wednesday, July 2, 2014

Diplopia..



Ketika mendapatkan pasien dengan diplopia, apakah yang perlu kita fikirkan?

- Monokuler versus binokuler (cek dengan tes apakah penglihatan dobel membaik jika satu mata ditutup?)
- Apakah penglihatan dobel pada semua gerak bola mata atau posisi tertentu?
- Apakah penglihatan dobel pada posisi horisontal, vertikal atau oblik?
- Apakah diplopia tersebut konstan, intermitten atau bervariasi?

Pasien dengan gangguan okular bisa mengeluh penglihatan dobel atau kabur. Diplopia monokular biasanya kelainan optik namun bisa juga sekunder karena makulopathi. Diplopia monokuler dapat disebabkan gangguan media reflaksi (astigmatisme, irregular kornea, gangguan lensa) dan biasanya membaik dengan menggunakan pinhole.

Anamnesis yang cermat mengenai nyeri sekitar mata, bengkak, memerah maupun disertai defisit neurologik perlu dipikirkan adanya penyebab orbital, sinus kavernosus, hingga gangguan sistem saraf pusat.

Anamnesis mengenai riwayat trauma, penyakit tiroid, kelemahan seluruh tubuh juga perlu ditanyakan pada pasien dengan diplopia.

Pada pasien strabismus, pemeriksaan yang perlu dilakukan menggunakan Maddox rod merah, yang terdiri dari beberapa silinder. Menggunakan alat ini dapat diketahui kuantitas torsional.


Monday, February 24, 2014

Pemeriksaan saraf mata

Pemeriksaan Saraf Mata

1. Pemeriksaan Tajam Penglihatan
Pada pasien yang menggunakan kacamata, pemeriksaan tetap menggunakan kacamata.
Pemeriksaan dilakukan pada kedua mata pasien.
Penglihatan diperiksa menggunakan Snellen Chart, 6 meter ( 20 kaki).
Atau menggunakan Rosenbaum chart, jaraknya 36 cm dari pasien.
Juga pemeriksaan tes warna merah-hijau

2. Pemeriksaan lapang pandang
Normal lapang pandang monokular pada sudut 160 derajat horizontal, dan 135 derajat vertikal. Dengan binokular, range horisontal 180 derajat


Terdapat blind spot fisiologis sekitar 5 derajat, karena diskus optikus yang sedikit sel reseptor.
Pengukuran menggunakan teknik konfrontasi. Pemeriksa dan pasien berada pada posisi sejajar horisontal. Mata ditutup untuk mata yang tidak ditest. Lihat gambar

Teknik yang lebih tepat, menggunakan perimetri, tangent screen.


3. Ophthalmoskop
Pemeriksaan fundus merupakan hal sangat penting untuk neurolog
Hal lain yang bisa dievaluasi yaitu : retina, diskus optik (terutama pada kasus peningkatan tekanan intrakranial).
Pemeriksaan sebaiknya pada ruangan gelap. Kadang diperlukan midriatik tetes mata untuk melebarkan pupil.
Namun pemberian midriatik sebaiknya dihindari pada kasus glaukoma sudut tertutup dan kasus transtentorial herniasi yang sangat memerlukan evaluasi ukuran pupil.
Hal yang perlu diperiksa adalah: diskus optik (normal, pembengkakan), arteri-vena dan makula.
Gambar


4. Pupil
Evaluasi ukuran, reaksi terhadap cahaya, reaksi akomodasi dan abnormalitasnya (Tonic-Adie pupil, Horner syndrome, Argyll Robertson pupil)

5.Palpebra
Palpebra diperiksa dalam kondisi mata terbuka. Jarak upper dan lower lid sekitar 10mm dan sama kanan-kiri.
Exophtalmus
Protursi abnormal mata terhadap orbital paling bagus dilihat dengan cara berdiri di belakang pasien dan melihat ke bawah ke arah mata pasien.
Penyebab: hipertiroid, tumor atau pseudotumor orbita, fistula sinus kavernosus-arteri karotis. Perlu juga periksa bruit pada mata.

6. Gerak bola mata
Okular palsy dan gaze palsy diperiksa dengan menyuruh pasien melihat pada 6 posisi.

Jika pasien tidak kooperatif atau mengalami penurunan kesadaran, dapat dilakukan 2 manuver, yakni doll’s head oculocephalic dan stimulasi kalori.

Friday, August 30, 2013

4. Saraf kranial

3. Tanda Meningeal

Kelainan yang menimbulkan rangsangan pada selaput otak 
(misal meningitis, perdarahan subaraknoid)
Pemeriksaan : Kaku kuduk, Brudzinski I-IV, Kernig, Laseque

Wednesday, July 31, 2013

2. Pemeriksaan kesadaran, bahasa dan bicara

Skala koma Glasgow (GCS, Glasgow Coma Scale) digunakan untuk menentukan tingkat atau derajat kesadaran (Tabel 3).

Adanya disartria, yaitu gangguan pengucapan aksara atau kata pada saat berbicara dapat disebabkan kelainan pada otak atau saraf kranial (tabel 4.)


1. Pemeriksaan Umum

Pemeriksaan vital seperti tekanan darah, nadi, pernafasan, suhu, nyeri. Dilakukan juga pemeriksaan umum pada kepala, leher, badan dan anggota gerak. Berbagai pola pernafasan (misal : Cheyne-Stokes, hiperventilasi neurogenik sentral, respirasi apneustik dan ataksik) menunjukkan adanya gangguan pada otak.

Pemeriksaan Fisik Neurologik

Pemeriksaan fisik neurologik (secara singkat) meliputi beberapa pemeriksaan sebagai berikut :
  1. Pemeriksaan umum
  2.  Kesadaran, bahasa dan bicara
  3.  Tanda meningeal
  4.  Saraf kranial
  5. Motorik
  6.  Sensorik
  7.  Refleks
  8.  Tanda serebelar
  9.  Saraf Otonomik
  10.  Kolumna vertebralis

Pembagian fungsi susunan saraf

Susunan saraf :
1. Susunan saraf somatik (terdiri dari Motorik dan sensorik)
2. Susunan saraf otonomik (terdiri dari simpatik dan parasimpatik)

Pendahuluan

Diagnosis klinik neurologik menggambarkan keadaan anatomik maupun fungsional dari susunan saraf. 
Dalam praktek klinis, diagnosis neurologik terdiri dari diagnosis klinik, topik dan etiologik.  
Diagnosis klinik menggambarkan jenis kelainan fungsi susunan saraf.  
Diagnosis topik menunjukkan letak lesi (kerusakan) pada susunan saraf.  
Diagnosis etiologik menyatakan penyebab angguan pada susunan saraf. 

Pemeriksaan fisik neurologik merupakan salah satu upaya untuk menegakkan diagnosis neurologik. 
Selain itu, diperlukan anamnesis (auto- maupun hetero-anamnesis) dan pemeriksaan khusus misalnya pemeriksaan laboratorium, elektrofisioloik, pencitraan dengan alat canggih seperti CT-scan, MRI dan sebagainya.

Agar dapat melakukan pemeriksaan fisik neurologik dengan baik dan terarah, diperlukan bekal pengetahuan tentang anatomi dan fungsi susunan saraf.

dikutip dari kuliah
M.S.I, Surabaya